Mobilitas Sosial (Materi IPS Terpadu SMP Kelas 8 – Halaman 81 s/d 99)
Mobilitas Sosial (Materi IPS Terpadu
SMP Kelas 8 – Halaman 81 s/d 99)
1. Pengertian Mobilitas Sosial.
Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah
tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok
sosial. Mobilitas Sosial adalah adalah perpindahan posisi seseorang atau
sekelompok dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang
mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan
lain, baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya
atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut
mobilitas sosial.
Beberapa
contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang
pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi
seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Seorang anak pengusaha ingin
mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan
akhirnya jatuh miskin. Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari
strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata
bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan
sosial ke bawah.
Mobilitas Sosial menurut para ahli :
1. Paul B. Horton.
Mobilitas
Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
2. Kimball Young dan Raymond W. Mack.
Mobilitas
Sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola – pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup
sifat hubungan antar individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dan
kelompoknya.
3. Anthony Giddens.
Mobilitas
Sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok – kelompok di
antara kedudukan – kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.
4.
Horton and
Hunt.
Mobilitas
sosial merupakan tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya.
|
2. Bentuk – Bentuk Mobilitas Sosial.
Berdasarkan
bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertical dan
mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas
Sosial Positif / naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik. Mobilitas sosila
negatif / turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih buruk.
Untuk memahami kedua bentuk
mobilitas sosial tersebut, perhatikan kasus dibawah ini :
a.
Kasus
1
Bu Damaris Mendila adalah seorang guru
di salah satu sekolah di Provinsi Papua. Sebagai guru IPS, Bu Damaris
menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya mengajar saja, Bu Damaris juga
melaksanakan administrasi dengan penuh tanggung jawab. Berbagai kegiatan
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dilaksanakan dengan baik. Karena
berbagai prestasinya, Bu Damaris diangkat menjadi kepala Sekolah. Gerak sosial
dari seorang guru menjadi seorang kepala sekolah atau naik jabatan pada kasus
Bu Damaris merupakan salah satu bentuk Mobilitas Sosial Vertikal
b.
Kasus
2
Pak gayus adalah seorang anak pengusaha
yang memiliki usaha perkebunan the di beberapa tempat di Jawa barat. Pak gayus
mengembangkan usaha dengan membuka usaha baru, yakni bisnis pertambangan. namun
usaha pertambangan Pak Gayus tidak berhasil berkembang. bahkan usaha
perkebunannya terus merugi hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. Kini Pak
gayus memulai sebagai pengusaha kecil, yakni menjadi agen penjualan the. Gerak
sosial Pak Gayus yang mengalami penurunan pada kasus ini juga merupakan contoh
Mobilitas Sosial Vertikal.
c.
Kasus
3
Pak Zaenuri seorang kepala sekolah di salah satu SMP
di Jawa Timur yang sudah 8 tahun menjabat. Dinas Pendidikan memindahkan pak
Zaenuri ke sekolah lain dan tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Gerak sosial
yang dialami Pak zaenuri juga merupakan contoh bentuk Mobilitas Sosial
Horizontal.
Uraian
berikut ini membantumu untuk mendefinisikan pengertian Mobilitas Vertikal dan
Mobilitas Horizontal
a.
Mobilitas
Vertikal.
Mobilitas Sosial Vertikal adalah
perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lain yang tidak sederajat, baik berpindah ke tingkat yang lebih tinggi
(Social Climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (Social Sinking).
1.
Mobilitas
Vertikal Keatas (Social Climbing).
Social Climbing adalah mobilitas yang
terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya
orang – orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi.
Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil
menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan
merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk Social Climbing lain
misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan
sosial yang sudah ada. Kisah Bu Damaris dalam contoh bacaan kasus 1 merupakan
contoh mobilitas sosial ke atas.
2.
Mobilitas
Vertikal Kebawah (Social Sinking).
Social Sinking merupakan proses
penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses Social Sinking seringkali
menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya. contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar
aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Contoh bacaan kasus 2, yaitu kejadian
yang menimpa Pak gayus, merupakan contoh Social Sinking dalam kehidupan sehari
– hari. Social Sinking dapat terjadi karena berhalangan melaksanakan tugas,
memasuki masa pensiun, turun jabatan atau dipecat. Social Sinking merupakan
pergerakan atau perubahan status sosial dari atas ke bawah.
b.
Mobilitas
Horizontal.
Mobilitas Horizontal adalah perindahan
status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama.
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek – objek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Pada mobilitas Horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang.
Contoh bacaan Kasus 3, yaitu kejadian
yang menimpa pak Zaenuri merupakan contoh mobilitas Horizontal. Pak zaenuri
pindah ke sekolah lain, namun tetap dalam jabatan sebagai kepala sekolah.
kalian dapat menemuka contoh lain mobilitas sosial Horizontal di lingkungan
tempat tinggalmu.
3. Faktor – Faktor Pendorong dan
Penghambat Mobilitas Sosial.
Dalam
setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda – beda. Ada
masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada
pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial. Terdapat beragam faktor yang mendorong dan
terjadinya mobilitas sosial, yaitu :
a.
Faktor
Struktural.
Kalian tentu mengenal semua presiden
yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ
habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, susilo bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status sosial yang tinggi
berkat system demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia. Dengan system
demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa
jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bulan lagi didasarkan pada
keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin.
rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh diatas menjadi presiden bukan karena
mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda
dengan system pemerintahan kerajaan dimana pengganti raja adalah keturunan sang
raja sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka.
Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi – tingginya, bahkan
menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu,
jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga
miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita – cita setinggi – tingginya karena
mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan
prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas
sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak
orang miskin. namun pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya
karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya
tiba – tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai
menjalani hidup.
b.
Faktor
Individu.
Setiap individu memiliki perbedaan dalam
hal sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang relative setara belum tentu menjadi berhasil dalam
melaksanakan mobilitas sosial keatas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu
sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua
orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama – sama melamar pekerjaan di suatu
perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan
komitmen dalam hidup.
c.
Faktor
Sosial.
Setiap perjuangan diawali dari
ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus
berjuang segigih – gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang
dimiliki oleh orang tuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ad satu manusia pun yang
dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan
oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang
lebih tinggi.
Kalian tentu juga ingin meningkatkan
status sosialmu. Orangtua mu juga selalu berpesan supaya kalian belajar giat.
Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari orang tuamu.
d.
Faktor
Ekonomi.
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong
terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan
kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat memperhatikan berbagai
fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang kondisi ekonominya
baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial. Dengan kondisi ekonomi
yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan dan kesempatan
lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan
ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. pada masyarakat yang
mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan
kebutuhan primer.
e.
Faktor
Politik.
Bangsa Indonesia patur bersyukur karena
memiliki stabilitas politik yang baik. kondisi negara aman dan damai sehingga
para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat
berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi
Indonesia pada tahun 1945 – 1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam
negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga
memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat
pemerintah lebih sibuk menurus keamanan negara daripada meningkatkan
perekonomian. Hal ini jelas mempengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f.
Kemudahan
dalam Akses Pendidikan.
Jika pendidikan berkualitas mudah
didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan / mobilitas
dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. sebaliknya, kesulitan dalam mengakses
pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus,
serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit
didapat bangsa Indonesia. akibatnya masyarakat terkungkung dalam kebodohan.
Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian
besar rakyat Indonesia tidak bisa. penduduk Indonesia yang dapat membaca dan
menulis pada akhir masa penjajahan jepang tidak lebih adri 10 %. Kalian dapat
memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia
tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia
pada masa sekarang ?. Kalian patut bersyukur karena rakyat Indonesia memiliki
kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian menginginkan
pendidikan setinggi – tingginya, negara telah menyediakan berbagai kemudahan.
Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan.
Walaupun demikian, tentu buan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin mutu
sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan
tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan.
Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan banyak
beasiswa.
bagaimana dengan pendidikan di perguruan
tinggi ?. selain berbagai beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi
dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan
beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan tinggi.
Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut
bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin berprestasi). Apabila
merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian dapat mendaftarkan diri di
perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan
biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.
Selain memahami berbagai faktor yang mendorong
terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu memahami berbagai faktor
penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial
yang telah kalian pelajari diatas pada dasarnya juga merupakan faktor
penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik. Sebagai contoh,
pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila system pendidikan
bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila system
pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas sosial masyarakat pasti
terhambat.
Beberapa faktor penghambat
mobilitas sosial adalah sebagai berikut :
a.
Kemiskinan.
faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas
sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal
sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat
yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.
Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat ini, negara Indonesia masih
memiliki penduduk miskin 12 %. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial.
Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan
berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan
mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.
b.
Diskriminasi.
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan
karena alasan perbedaan bangsa, suku, ras, agama, golongan. Pada masa
penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat
keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. dalam memperoleh pendidikan,
masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah
– sekolah untuk orang – orang eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial
rakyat Indonesia.
4. Saluran – Saluran Mobilitas Sosial.
Kalian
tentu berfikir, bagaimana caranya agar mobilitas sosial itu terjadi ?. Setiap
orang dapat mewujudkan mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia
sedang berkarya. Sebagai contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di
lembaga pendidikan tersebut. Seorang politikus di partai politik dapat
melakukan mobilitas sosial di partai politik yang ia ikuti.
Berikut ini merupakan contoh
saluran – saluran mobilitas sosial.
a.
Pendidikan.
Pendidikan merupakan saluran bagi
mobilitas vertical yang sering digunakan karena melalui pendidikan orang dapat
mengubah statusnya. Lembaga – lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran
yang konkret dari mobilitas vertical keatas, bahkan dianggap sebagai Social
Elevator (Perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke
kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh seorang anak dari keluarga miskin
mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. setelah lulus, ia memiliki
pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha. Setelah
ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis status sosialnya juga meningkat.
b.
Organisasi
Politik.
banyak contoh orang yang meniti
perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat rendah sampai tingkat
tinggi. Sebagai contoh, Presiden republic Indonesia pertama Ir. Soekarno.
Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak memiliki jabatan di
pemerintahan. namun melalui perjuangan politiknya, Sukarno semakin dikenal
rakyat dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno dipilih menjadi Presiden
republic Indonesia.
Seorang anggota partai politik yang
professional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan
status yang semakin tinggi dalam partainya sampai akhirnya menjadi anggota
dewan legislative.
c.
Organisasi
Ekonomi.
Organisasi yang bergerak itu antara lain
dalam bidang perusahaan ataupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas –
luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertical. Organisasi ekonomi
itu antara lain koperasi dan badan usaha.
d.
Organisasi
Profesi.
Contoh organisasi profesi yang dapat
dijadikan sebagai saluran mobilitas vertical adalah PGRI (Persatuan Guru
Republic Indonesia), IDI (Ikatan Dokter indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia) dan organisasi profesi lainnya. Bagaimana organisasi profesi
dapat menjadi sarana saluran mobilitas Vertikal ?. Karena organisasi profesi
merupakan himpunan orang – orang yang memiliki profesi yang sama sehingga
mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.
Sebagai contoh, organisasi profesi guru,
PGRI merupakan salah satu sarana perjuangan para guru dalam bidang pendidikan
dan kesejahteraan guru. Selain memperjuangkan pendidikan di Indonesia, PGRI
juga memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu
diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru di Indonesia
terus mengalami peningkatan.
5. Dampak Mobilitas Sosial.
Apakah
dampak terjadinya mobilitas sosial ?. Apabila semua mobilitas sosial bersifat
keatas (Social Climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi,
selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas dan
ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya
mobilitas sosial bersifat positif dan negatif.
Apakah
dampak positif terjadinya mobilitas sosial ?. Berikut ini beberapa Dampak Positif terjadinya Mobilitas Sosial.
a.
Mendorong
Seseorang untuk Lebih Maju.
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari
strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang
untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat membedakan kondisi Indonesia
sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa penjajahan, banyak rakyat kecil yang
tidak memiliki cita – cita menjadi camat, bupati atau gubernur. Hal ini karena
tidak adanya kesempatan untuk itu. Bagaimana dengan sekarang ?. Banyak rakyat
kecil kemudian berhasil menjadi pemimpin di berbagai bidang.
b.
Mempercepat
Tingkat Perubahan Sosial.
Mobilitas sosial akanlebih mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik. Contoh : Indonesia
sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industry.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya manusia yang
berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan.
Keberhasilan mobilitas sosial di
Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik
cendikia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan sosial
budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya pada masyarakat desa.
Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya akan mempengaruhi
teman – teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara langsung akan
mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang
sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan
berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.
c.
Meningkatkan
Integrasi Sosial.
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu
masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan menyesuaikan
diri dengan gaya hidup, nilai – nilai dan norma – norma yang dianut oleh
kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi
sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan mendapat
respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon tersebut dapat berupa
tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan pengaruh yang
diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh terjadinya
integrasi dalam masyarakat.
Kalian
telah memahami dampak positif terjadinya mobilitas sosial. tentu kalian
berfikir bahwa mobilitas sosial juga membawa dampak negatif dalam kehidupan
masyarakat. Berikut ini Dampak Negatif
mobilitas Sosial diantaranya :
a.
Terjadinya
Konflik.
Mobilitas sosila merupakan salah satu
perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi yang semakin
tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan yang kerap
juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat
dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan,
persaingan bisa menjelma menjadi konflik.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini
tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil,
perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang
lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan dapat pula
berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.
Contoh
lain : Perjuangan didalam partai politik dan antar partai
politik. Semua partai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh
kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan
konflik. Kalian tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30 Sepetember 1965.
Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari ambisi mereka,
jabatan atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antar partai politik di
Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa
Indonesia.
Persaingan ataupun konflik perlu
disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan, tetapi
persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah, setiap
perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan
demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam
usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama – sama ikhlas menerima kenyataan.
b.
Gangguan
Psikologis.
Seseorang yang memiliki jabatan kadang
khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah
lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang yang
setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun karena sudah selesai masa
tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami keadaan
seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan
membahayakan diri sendiri karena stress yang berkepanjangan akan melahirkan
berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya.
Contohnya
:
darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya
disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti diatas tentu tidak
akan terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan dan kemudian bertekad
untuk berubah.
pak maaf saya mau bertanya ada jawaban ips kelas 8 halaman 83 tugas individu tidak???
ReplyDeleteKaga tau
DeleteIkan teri ikan papa ora uros
ReplyDeleteIkan teri ikan paos ora uros
DeleteKarepmu ok
ReplyDelete